Social Icons

Pages


Jumat, 21 Februari 2014

Rekindle Candle, Mendaur Ulang Lilin Cair Menjadi Lilin Baru

Rekindle Candle merupakan produk cerdik yang dikembangkan oleh desainer Benjamin Shine yang berfungsi sebagai tempat lilin sekaligus tempat pembuatannya kembali.

Desain yang sederhana dan sangat efektif penggunaannya. Bekerja sebagai alas untuk lilin dan juga sebagai alat cetakan untuk mengumpulkan lilin yang telah mencair dan pada akhirnya meciptakan lilin yang baru.

Satu-satunya hal yang harus diperbarui adalah sumbu yang diletakkan di tengah tabung cetakan lilin. Ide yang sangat brilian!























Perhatikan GIF animasi di bawah ini:



Sumber :
mymodernmet

Kamis, 20 Februari 2014

Wah, Nenek Moyang Kita Pemburu Kepala

Saya terkaget-kaget saat membaca majalah Historia yang isinya mengungkap sejarah kelam rakyat Nusantara tempo doeloe. Beberapa jurnal juga memuat hal yang sama. Pernah ada sebuah masa, ketika kebiadaban melekat erat jadi tradisi.

Mungkin kasus ini jadi alat serang yang menyebut masyarakat primitif memang biadab, karena itulah koloni orang barat (kulit putih) datang merubah masyarakat jadi lebih beradab. Satu sisi yang ada benarnya, walau tidak mutlak. Nyatanya, mereka juga sama biadabnya - dalam bentuk berbeda. Kasus penaklukan Amerika dan Australia, atau kemudian era wild west jadi contoh nyata.




Bagaimanapun, sejarah membantu kita belajar dari masa lalu, mengakui kesalahan, lalu mengambil hikmah untuk menjadi lebih baik di hari ini, dan masa depan.

Kisah kelam yang saya maksud adalah, saat nenek moyang kita pernah jadi pemburu kepala manusia. Dan, perilaku ini menyebar dari Barat hingga Timur, dari Aceh hingga Papua. Demikian uraiannya.



Aceh dan Sumatera
Marco Polo ternyata pernah berkunjung ke Sumatera. Dilaporkan, ia sempat mengunjungi Perlak, bagian utara Sumatra, pada 1292. Di sana, dia melihat penduduk yang tinggal di pegunungan memakan daging manusia.

Sangat berlawanan dengan penduduk yang tinggal di kota Perlak, di mana masyarakatnya lebih beradab, bahkan setelah berhubungan dengan pedagang-pedagang Islam, mereka berpindah dari menyembah berhala menjadi pengikut ajaran Muhammad.

Dia menuliskan itu dalam catatan perjalanannya. Dia tahu catatannya akan mengejutkan, dan mungkin tak dipercaya banyak orang. Karena itu, dia sampai bersumpah untuk meyakinkan pembacanya.

Selang lima bulan kemudian, Marco Polo menuju Pidie, daerah utara Sumatra lainnya. Di tempat ini, dia mendapati satu keluarga menyantap seluruh badan seorang anggota keluarganya sendiri yang mati karena sakit. “Saya yakinkan Anda bahwa mereka bahkan menyantap semua sumsum dalam tulang-tulang orang itu,” tulis Marco Polo dalam “Para Kanibal dan Raja-Raja: Sumatera Utara” dimuat dalam Sumatera Tempo Doeloe karya Anthony Reid.


Kalimantan
Dalam naskah Sejarah Dinasti Ming (1368-1643) Buku 323, diceritakan sebuah suku pemburu kepala di Wu-long-li-dan, pedalaman Banjarmasin. Suku pemburu kepala itu disebut orang Beaju –Be-oa-jiu dalam lafal Hokkian (Fujian) selatan–, sebuah suku besar orang Dayak di pedalaman.

Mereka berkeliaran saat malam hari untuk memenggal dan mengoleksi kepala manusia. “Kepala ini mereka bawa lari dan dihiasi dengan emas. Para pedagang sangat takut terhadap mereka,” demikian dikutip W.P. Groeneveldt dalam Nusantara Dalam Catatan Tionghoa.


Akhirnya sempat dibuat sebuah perjanjian antarsuku untuk menghentikan saling bunuh (habunu), memenggal kepala (hakayau), dan memperbudak (hajipen). Perjanjian pada 1894 itu termashyur dengan nama Rapat Damai Tumbang Anoi.

 Sebelumnya, beberapa suku di Borneo terkenal sebagai pemburu kepala musuh. Seorang penulis berkebangsaan Norwegia mengukuhkan citra itu melalui bukunya yang terbit pada 1881, The Head-Hunters of Borneo. Dalam bukunya ini, Carl Bock menuliskan suku-suku itu berburu kepala dengan mandau, tombak, dan perisai. Setelah mendapatkan kepala musuh, seseorang berhak mendapatkan tato simbol kedewasaan.

Suku-suku di Borneo memiliki beragam alasan berburu kepala musuh seperti balas dendam, tanda kekuatan dan kebanggaan, pemurnian jiwa musuh, atau bentuk pertahanan diri. Ini karena Borneo dihuni oleh beragam suku sehingga tiap suku memiliki pandangan yang berbeda mengenai ngayau (memburu kepala).

“Saya yakin tak ada satu pun analisis yang bisa menjelaskan dengan tepat praktik dan makna-makna perburuan kepala...,” tulis Yekti Maunati dalam Identitas Dayak. “Di kalangan orang-orang Dayak sendiri terdapat berbagai kepercayaan dan mitologi.”


Sulawesi
Sementara itu, di Sulawesi, perburuan kepala diketahui telah berlangsung sebelum kedatangan orang Belanda. Orang Toraja Bare’e yang bermukim di Sulawesi Tengah selalu mengambil kepala musuhnya dalam tiap peperangan mereka, selama memungkinkan. Mereka harus membunuh dan memotong kepala musuhnya dengan cepat agar musuh tak mengalami penderitaan yang lama.

Kepala musuh kemudian dibawa ke kampung mereka. Upacara pun dilakukan. “Kepala diperlukan sebagai akhir masa berperang dan penahbisan di kuil sebagai tanda seseorang telah menjadi dewasa dan berani,” tulis R.E. Downs dalam “Head-Hunting in Indonesia”, Jurnal KITLV Vol. 111 No. 1 (1995).

Perburuan kepala di Sulawesi masih berlangsung hingga kedatangan orang Eropa. Alfred Russel Wallace, naturalis tersohor asal Inggris, yang mengunjungi Manado pada 10 Juni 1859, mendapatkan cerita itu langsung dari penduduk lokal (Minahasa). Kepala manusia dipakai untuk menghiasi makam dan rumah.

“Mereka berburu kepala manusia layaknya suku Dayak di Kalimantan... Ketika seorang kepala suku meninggal, dua potong kepala manusia yang baru dipenggal digunakan sebagai penghias makamnya... Tengkorak manusia merupakan hiasan yang paling disukai untuk rumah kepala suku,” tulis Wallace dalam catatannya, dimuat dalam Indonesia Timur Tempo Doeloe 1544-1992 karya George Miller.

Walaupun Wallace hidup di tengah penduduk pemburu kepala, Wallace merasa tak terancam. Bahkan, dia justru terkesan dengan karakter mental orang Minahasa. “Mereka juga memiliki karakter mental dan moral yang unik,” tulis Wallace. “Pembawaan mereka tenang dan halus.”




Ambon
Catatan sejarah memuat kisa perang antarkampung telah berlangsung berhari-hari di Seram di tahun 1648. Perang itu melibatkan orang-orang kampung di wilayah pantai dan orang gunung yang disebut Alifuru. Meski tak diketahui secara pasti, VOC (Vereenigde Oostindische Campaignie) melaporkan banyak korban tewas. Korban dari pihak wilayah pantai ditemukan tanpa kepala. Gubernur Ambon Robert Padtbrugge mengirim satu tim untuk mengusahakan perdamaian. Selain itu, dia meminta tim untuk meneliti adat berburu kepala orang Alifuru.

Tim kembali ke Ambon tanpa hasil. Perang tetap berkobar. Dan mereka tak bisa menjelaskan secara pasti mengapa orang Alifuru memburu dan mengoleksi kepala musuhnya.

“Di hadapan gubernur, tim itu melaporkan hasil penelitiannya mengenai kepercayaan orang Alifuru. Meski mengaku telah bekerja dengan baik, mereka tak berhasil menjelaskannya secara gamblang karena orang Alifuru sangat klenik. Mereka tak bisa memahaminya,” tulis Gerrit J. Knaap dalam “The Saniri Tiga Air (Seram)”, Jurnal KITLV  Vol. 149 No. 2 (1993).

Tim hanya mampu menjelaskan bahwa adat memburu kepala musuh merupakan bagian tak terpisahkan dari ritus hidup orang Alifuru tanpa diketahui kapan mulanya. Bagi orang Alifuru, memburu kepala musuh telah menempati posisi penting dalam kehidupan sosial dan kepercayaannya.
Anehnya, adat itu tak mereka lakukan terhadap orang asing, baik Eropa maupun wilayah Nusantara lainnya. 

Penerimaan mereka terhadap orang asing sangat baik. Bahkan, mereka bersedia merundingkan perdamaian melalui perantara VOC meski usaha itu akhirnya gagal.



--------
Uraian  di atas merupakan kajian sejarah yang menarik. Bisa saja kita keturunan dari mereka. Tapi, seperti disebut dalam catatan Marco Polo: saat menerima kedatangan agama, contohnya Islam maka perilaku berubah jadi lebih beradab.

Maka, apakah sekarang kita mau belajar memperbaiki atau malah terjebak mengulang kebiadaban seperti masa lalu? Bisa jadi, tafsir dan sentimen atas nama agama malah mengeluarkan kembali "gen biadab" lalu bertindak irrasional. Contoh nyata terlihat pada aksi gerombolan, ormas yang brutal, kan? Atau komentar penuh emosi di forum dan jejaring sosial internet.

Bukankah kita lebih baik bertransformasi, jadi "pemburu kepala" yang mencari manusia-manusia pintar untuk memajukan teknologi sehingga sumber daya alam bisa digunakan optimal untuk kesetaheraan rakyat, dan jadi bangsa yang mandiri?














Sumber:
historia

Bagaimana Asal-Usul Bedug?

Hampir di seluruh wilayah Nusantara, seruan ketika waktu sholat tiba selalu dibuka dengan suara bedug. Kemudian barulah azan berkumandang. Bahkan, suara bedug sangat populer di bulan Ramadhan. Iya, kan? Ngaku, deh.

Akhirnya, bedug pun jadi identik dengan agama islam. Pertanyaanya, sejak kapan dan bagaimana bedug hadir di tengah-tengah masyarakat Indonesia? Apakah seiring dengan perubahan kendaraan religius dalam sejarah, ketika kerajaan-kerajaan Hindu-Budha runtuh berganti dengan masuknya islam?





Beberapa literatur meyakini bedug tiba di bumi Nusantara seiring kedatangan Cheng Ho. Laksamana muslim Kaisar Ming itu menginginkan suara bedug di masjid-masjid, seperti halnya penggunaan alat serupa di kuil-kuil Budha di Cina.

Namun, menurut studi M. Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negeri Malang, bedug terkait dengan masa prasejarah Indonesia di mana nenek moyang kita sudah mengenal nekara dan moko, sejenis genderang dari perunggu yang dipakai dalam minta hujan.

Kata Bedug juga sudah disinggung dalam Kidung Malat, sebuah karya sastra dari abad ke 14-16 Masehi. Dalam Kidung Malat dijelaskan bahwa bedug dibedakan antara bedug besar (teg-teg) dengan bedug ukuran biasa. Bedug pada masa itu berfungsi sebagai alat komunikasi dan penanda adanya perang, bencana alam atau hal mendesak lainnya. Dibunyikan pula untuk menandai tibanya waktu. Maka ada istilah Jawa yang mengatakan, “Wis wanci keteg.” (sudah waktu siang). Kata ”keteg” diambil dari saat teg-teg dibunyikan.

Kendati demikian, pengaruh Cina tidak lantas dikesampingkan. Ditilik dari sisi konstruksi, teknik pemasangan tali dan pasak untuk merekatkan selaput getar ke resonator pada bedug Jawa mirip dengan cara yang digunakan pada bedug di Asia Timur, seperti Jepang, Cina atau Korea.

Bukti lain terlihat pada penampilan arca terakota yang ditemukan di situs Trowulan. Arca-arca prajurit berwajah Mongoloid itu tampak menabuh tabang-tabang, sejenis genderang yang terpengaruh budaya Timur Tengah.


Bedug di Purworejo yang diklaim terbesar di Indonesia, bahkan dunia


Kemungkinan itulah instrumen musik yang dimainkan orang-orang Cina Muslim di ibukota Majapahit. Menariknya, tabang-tabang sebenarnya merupakan instrumen musik yang sudah ada sejak masa Hindu-Budha. Di dalamnya ada pengaruh budaya India dan Semit Islam. Namun, diperkenalkan dan dimainkan oleh masyarakat Cina Muslim.

Kesimpulannya, bedug bisa dikatakan contoh perwujudan akulturasi budaya waditra (instrumen musik membrafon) di mana secara fisiografis terjadi perpaduan antara waditra membrafon etnik Nusantara dengan wadistra sejenis dari luar, seperti India, Cina, dan Timur Tengah.



Bedug akhirnya mem-budaya
Cornelis De Houtman dalam catatan perjalanannya “D’eerste Boek” menjadi saksi atas keberadaan bedug yang sudah meluas pada abad ke-16. Ketika tiba di Banten, ia menggambarkan bahwa di setiap perempatan jalan terdapat genderang yang digantung dan dibunyikan memakai tongkat pemukul yang ditempatkan di sebelahnya. Fungsinya sebagai tanda bahaya dan penanda waktu. Kesaksian ini jelas merujuk pada bedug.

Muktamar NU ke-11 tahun 1936 di Banjarmasin kembali mengukuhkan penggunaan bedug dan kentongan, bahwa pemakaian kedua alat tersebut di masjid-masjid sangat diperlukan untuk memperbesar syiar Islam.












Foto:

Mengapa Ngengat Doyan Makan Pakaian?

Pernahkah kalian mendapati pakaian yang tersimpan di lemari tiba-tiba menjadi berlubang-lubang? Bisa jadi itu adalah ulah ngengat. Mengapa ngengat doyan memakan pakaian-pakaian kita? Kalau penasaran, yuk simak penjelasannya.


Ngengat yang memakan pakaian bukanlah ngengat dewasa. Ngengat pakaian (Tineola bisselliella) hanya memiliki mulut pada waktu berbentuk larva atau ulat yang biasanya hanya berlangsung dari umur dua minggu hingga satu bulan.

Mula-mula, ngengat betina akan menempatkan sejumlah telur yang telah dibuahi ke pakaian yang ia anggap tepat untuk keturunannya nanti. Pakaian seperti apakah yang ia anggap tepat? Pakaian yang terbuat dari sutra, wol, atau bahan-bahan yang mengandung keratin.

Jumlah telur yang diletakkan disana berkisar antara 50 hingga 1000 butir. Wow, banyak juga ya. Setelah telur-telur itu menetas, maka larva-larva ngengat itu akan mulai menggerogoti pakaian.


Telur ngengat sengaja diletakkan pada pakaian yang terbuat dari serat hewan, sutra, wol, kasmir, bulu, atau bahan-bahan lain yang mengandung keratin.

Keratin tersusun dari protein struktural berserat yang juga dapat ditemukan pada rambut dan kulit. Oleh karena itu, kadang-kadang ngengat juga akan memakan kulit, bulu, atau gulungan rambut manusia dan hewan.

Larva ngengat tidak menyukai kain sintetis dan katun karena kain sintetis dan katun tidak mengandung keratin. Karenanya, biasanya pakaian kita yang terbuat dari kedua bahan itu aman dari serangan ngengat, kecuali jika kedua bahan itu mengandung campuran serat hewan.

Larva ngengat pakaian berbeda dengan ngengat lain, mereka membenci sesuatu yang terang dan lebih suka bersembunyi di dalam lemari tempat mereka diam-diam menyimpan larva mereka pada pakaian yang cocok.


Tahukah kamu, bagaimana cara mengusir ngengat pakaian dari lemari kita? Tentu saja dengan memasang lampu di dalam lemari.


Sumber :
mamanunung

Tips Membuat Ruangan Sempit Terlihat Lebih Luas

Anda ingin ruangan pada rumah tinggal atau apartemen Anda terlihat lebih luas? Berikut adalah beberapa tips agar ruangan sempit di rumah tinggal atau apartemen Anda terlihat lebih luas:


1. Tambahkan cermin

Tambahkan cermin pada ruangan sempit Anda. Semakin besar cermin yang Anda gunakan, maka pantulan cermin akan membuat ruangan semakin terlihat besar.




2. Buat lantai dan perabot terlihat ringan

Pilih warna yang terang dan terkesan ringan untuk lantai dan perabot. Contoh warna yang bisa digunakan warna putih, coklat muda, hijau muda, biru muda, dan lainnya. Anda bisa menambahkan warna cerah yang lain pada aksesoris ruang.




3. Alihkan perhatian ke ujung ruangan

Buat banyak bukaan pada ruangan Anda. Arahkan perhatian orang pada ujung ruangan yang lain. Penggunaan lantai yang sama pada ruangan yang bersebelahan akan menambah kesan luas pada ruangan.




4. Tambahkan garis-garis vertikal

Garis-garis vertikal pada dinding bisa membuat efek ruangan terlihat tinggi. Tidak perlu membuat seluruh dinding bergaris vertikal, cukup berikan sedikit saja garis vertikal seperti contoh di bawah ini. Ilusi ruangan dengan plafond yang tinggi sudah bisa tercipta.




5. Gunakan banyak material kaca

Material kaca berpengaruh juga untuk menciptakan suasana ruangan yang ringan dan transparan. Sebisa mungkin buat banyak bukaan, perbesar jendela, buat satu ruangan terlihat menyambung dengan ruangan lain.




6. Ganti material berat

Jika ruangan Anda memakai gorden, ganti dengan memilih blind seperti contoh di bawah. Gorden yang tebal terasa berat dan penuh pada ruangan yang sempit.




7. Cat dinding dengan warna muda

Pilih warna yang muda atau pucat untuk dinding ruang sempit Anda. Warna muda akan membuat ruangan Anda terlihat segar dan tidak berat.




8. Furnitur multifungsi

Pergunakan perabot seminimal mungkin, pilihan paling tepat adalah menggunakan furnitur dengan fungsi ganda. Perabot dengan fungsi ganda akan membuat ruangan Anda terasa lapang tapi semua benda tetap mempunyai tempatnya sendiri-sendiri.




9. Gunakan rak gantung

Pilih rak gantung untuk membuat lantai tidak terlalu penuh. Lantai yang tidak banyak diletakkan perabotan, membuat ruangan terlihat lebih luas.




10. Atur pencahayaan yang baik

Cahaya yang cukup dan tertata pada ruangan juga bisa mempengaruhi kesan keseluruhan pada ruangan tersebut. Jadi sangat disarankan agar Anda berinvestasi untuk menata pencahayaan pada ruangan Anda.



Sumber :
desaininterior

Rabu, 19 Februari 2014

Seni Memukau dari Kristal dan Batu Mulia

Yang satu ini rasanya jadi karya seni yang mahalnya nggak ketulungan. Sang kreator, Suzan Drummen menggunakan berbagai kristal, logam chrome, batu mulia, cermin, hingga kaca optik pada instalasinya.

Seniman Belanda ini menciptakan desain rumit yang tersebar di seluruh lantai galeri. Dari kejauhan, kita bisa menikmati pola simetris berwarna-warni. Lalu dari jarak dekat, beragam batu mulia terlihat begitu memukau.

Pada sebuah ajang pameran, Suzan memberi kesempatan pada pengunjung untuk berinteraksi dengan mengubah susunan yang ada hingga tercipta instalasi baru. Tapi hati-hati tergoda, ya. Bisa-bisa batu mulia milik sang seniman malah masuk kantong he..he..he..







Sumber foto:
memobee.

Kisah Kesurupan Anak-anak di Negara Barat

Kesurupan merupakan fenomena tubuh yang masih jadi misteri. Sains telah berupaya menjawabnya, namun belum memuaskan.

Lalu berkembanglah opini bahwa di era modern ini, kesurupan lebih sering terjadi di daerah-daerah yang masih kental mempercayai dunia mistis atau gaib. Negara dunia ketiga seperti Indonesia pun termasuk di antaranya. Sementara kesurupan jarang terjadi di negara-negara maju. Apakah benar demikian?

Bisa jadi ini penilaian sepihak dari orang-orang tertentu. Nyatanya, kesurupan juga dialami kok di negara-negara  barat. Kita mungkin harus berhenti menggeneralisasi semua hal, kan? Inilah beberapa contoh kesurupan yang dialami kulit putih.


1. Tiga anak Latoya Ammons
Ilustrasi

Seorang ibu dari 3 anak yang bernama Latoya Ammons mengalami kisah kesurupan yang mengerikan di rumahnya. Kisahnya itu berawal dari mereka pindah ke rumah barunya di Indiana.

Ibu Latoya mulai merasa aneh, ketika ia mendengar suara orang berjalan di rumahnya, lalu peristiwa aneh kerap terjadi dan akhirnya ketiga anaknya pun juga mengalami kesurupan dengan cara yang sama.

Sejak kejadian itu, ia lalu ingin mencari tahu dengan meminta pertolongan dengan pekerja medis, polisi, bahkan pastor.

Kemudian, terdengar kabar bahwa rumah yang Latoya diami terdapat 200 hantu yang tinggal di sana. Sejak mengetahui hal itu Latoya langsung memutuskan untuk pindah dari rumah itu, karena ia takut akan terjadi peristiwa aneh lagi.


2. Anna Ecklund
Ilustrasi

Dikisahkan seorang anak yang berusia 14 tahun bernama Anna Ecklund tinggal di Earling lowa. Pada tahun 1912 Anna mengalami kesurupan lalu ia dikutuk oleh ayah serta bibinya yang meminta agar setan selalu mengganggu Anna.

Pada tahun 1928, Anna pergi ke gereja dan meminta pertolongan untuk membebaskan dirinya dari kutukan tersebut. Lalu, saat seorang suster mendekatinya, tubuh Anna langsung telentang dan kemudian terangkan keatas. Sejak saat itulah Anna dinyatakan telah bebas dari kutukan tersebut.


3. Roland Doe

Akibat terinspirasi dari sebuah film Hollywood yang berjudul The Exorcist, seorang anak berusia 14 tahun mengalami kesurupan sebanyak 30 kali. Kejadiaan ini berlangsung ketika ia mengikuti cara memanggil hantu yang diperlihatkan dalam film Hplliwood tersebut. Lalu Roland pun mencoba memanggil hantu bibinya yang telah meninggal.

Saat itulah Roland langsung kesurupan, tubuhnya terangkat keatas dan kemudian terdapat bekas cakaran di tubuhnya. Kemudian keluuarga Roland langsung memanggil pastor dan kemudian hantu di dalam tubuh Roland pun berhasil dikeluarkan.


4. Anneliese Michel

Kisah seorang gadis yang bernama Anneliese Michel berusia 16 tahun merupakan kisah kesurupan yang paling menyeramkan. Anneliese sering mendengar suara-suara aneh, serta berperilaku aneh yang meminum air kencingnya sendiri, kemudian ia juga sering mengalami kesurupan sebanyak 70 kali dalam 10 bulan lamanya. Dan pada akhirnya, gadis ini tewas karena sakit dan kelaparan akibat hantu yang ada di dalam tubuhnya itu.


Sumber:
unikdunia

9 Kasus Gangguan Unik yang Pernah Ditemukan di Dalam Telinga

Tak ada yang pernah menyangka jika benda-benda ini akan ditemukan di dalam telinga. Mari kita simak benda paling menjijikkan apa saja yang pernah ditemukan di dalam telinga?

1. Sebuah Gigi


Seorang dokter menceritakan jika dia pernah menemukan sebuah gigi di dalam telinga pasiennya saat membersihkan kotoran telinga. Menurut gadis kecil yang menjadi pasiennya tersebut, dia ingin menyimpan giginya di tempat yang aman untuk diberikan kepada peri gigi.



2. Laba-Laba Hidup


Seorang perempuan di China datang ke rumah sakit karena merasakan gatal di telinga kirinya. Siapa sangka hewan yang ditemukan di dalam telinganya adalah laba-laba hidup. Dan ternyata laba-laba ini telah berada di telinga wanita tersebut selama 5 hari.



3. Kecoa Besar


Seorang Pria bernama Helmer terbangun dari tidurnya karena merasakan sakit di telinga. Karena sakit yang semakin bertambah, Helmer pergi ke dokter. Mengira hewan yang masuk berukuran kecil, sang dokter berusaha mengeluarkannya dengan memasukkan olive oil.

Hal ini memperburuk keadaan dan membuat hewan ini semakin masuk kedalam. Setelah sukses dikeluarkan, Helmer dan sang dokter kaget bukan main karena yang masuk ke dalam telinga Helmer adalah kecoa dengan panjang 1 inchi.



4. Ulat Pemakan Daging


Seorang wanita bernama Rochelle Harris mendengar suara garukan di telinganya. Setelah merasakan sakit, wanita ini memutuskan untuk pergi ke dokter. Awalnya, wanita ini didiagnosa infeksi telinga, namun sang dokter selanjutnya menemukan ulat pemakan daging di dalam telinga Rochelle.

Meski kendang telinga, pembuluh darah, syaraf wajah baik-baik saja, ulat-ulat yang ditemukan ini berhasil menggerogoti saluran telinganya sepanjang 12 milimeter.



5. Ngengat


Seorang anak berumur 12 tahun dilarikan ke rumah sakit karena telinganya kemasukan ngengat. Karena sakit yang dirasakan, anak ini bahkan sampai menangis dan berteriak-teriak. Setelah dokter berhasil mengeluarkan ngengat tersebut, ternyata serangga ini masih hidup dan langsung terbang.



6. Baterai Jam


Seorang anak dibawa ke rumah sakit setelah mengaku memasukkan pensilnya kedalam telinga satu minggu sebelumnya. Tapi yang ditemukan oleh sang dokter di dalam telinga anak ini adalah baterai jam.



7. Dandelion Tumbuh


Siapa yang menyangka jika bunga dandelion tumbuh di telinga anak perempuan berumur 16 bulan ini. Melihat sesuatu tumbuh di dalam telinga anaknya membuat orangtuanya membawa sang puteri ke dokter.

Tumbuhan dandelion ini sudah tumbuh sepanjang 2cm dan memenuhi lubang telinganya. Menurut sang dokter, tidak gampang mencabut dandelion tersebut karena menempel dengan kuat.



8. Belatung


Seorang nenek penderita Alzheimer berusia 92 tahun dibawa ke rumah sakit karena 57 belatung di dalam telinganya. Padahal sang nenek tinggal di panti jompo dengan biaya lebih dari Rp 120 juta per bulan.



9. Sepatu Barbie


Pasangan orangtua dari seorang anak balita ini merasa khawatir karena anaknya diduga menderita tumor di telinganya yang mungkin akan menjadi kanker. Namun seorang ahli bedah menemukan sebuah sepatu barbie yang sudah lama berada di telinga anak tersebut, hingga selaput tumbuh di sekitarnya.



Sumber :
kapanlagi

Bau Busuk Jadi Sumber Pertahanan 5 Hewan ini

Untuk melindungi diri mereka dari musuh ataupun hewan pemangsa, hewan memiliki sistem pertahanan yang berbeda-beda. Ada yang berkamuflase untuk menipu lawannya, ada pula yang dilengkapi dengan kulit yang keras, ataupun ada juga hewan yang dilengkapi dengan rupa yang sangar sehingga ditakuti oleh lawannya.


Namun, lima hewan di bawah ini memiliki pertahanan yang berbeda, yang sanggup membuat musuhnya jijik dan berbalik menjauhinya. Berikut lima hewan yang mengeluarkan bau busuk sebagai pertahanan mereka.


1. Hoatzin

Burung yang berasal dari Lembah Amazon ini juga dikenal dengan nama Burung Bau, yang sudah memberi kita gambaran yang jelas, mengenai ciri khas burung ini. Meskipun mereka hanya mengonsumsi daun, tapi sistem pencernaan mereka yang menyerupai sapi—yaitu dengan cara fermentasi—menyebabkan burung ini memiliki bau seperti kotoran. Itu sebabnya, tidak ada yang mau mendekati hoatzin, karena bau busuk yang mereka keluarkan ini. Penduduk asli pun hanya memburu hoatzin, ketika benar-benar sudah tidak ada makanan lagi yang bisa mereka makan.



2. Burung bangkai 

Burung bangkai dikenal dengan kekuatan muntahannya. Mereka dikenal sebagai hewan pemakan bangkai yang berpesta di atas daging-daging busuk dari hewan yang telah mati. Meskipun terdengar menjijikan, tapi kita harus berterima kasih kepada mereka, karena berkat merekalah jalan-jalan serta lingkungan kita bersih dari bangkai dan bakteri yang mungkin dibawa oleh hewan-hewan mati ini. 

Ketika merasa terancam, burung bangkai akan muntah, dan bau yang luar biasa dari muntahan mereka biasanya akan membuat sebagian besar predator kabur. Dengan muntah, burung bangkai mampu terbang lebih cepat, apalagi muntahan ini juga dapat mengenai wajah ataupun muka lawan mereka.



3. Opossum
 

Opossum memiliki cara yang unik ketika merasa terancam. Mereka akan berbaring dengan mulut terbuka, kadang hingga berjam-jam, dan mengeluarkan bau busuk yang secara efektif mampu menipu predator untuk mencari makanan yang lebih segar, daripada hewan berbau busuk di hadapannya. Hebatnya, meskipun diserang terus menerus, mereka tidak akan bergerak satu sentimeterpun, layaknya patung—atau mungkin bangkai—hingga ancaman itu lewat, dan mereka kembali berada dalam keadaan aman.



4. Kaki Seribu

Hewan yang tampak seperti cacing ini sama sekali bukan termasuk golongan serangga—seperti kelihatannya. Mereka adalah artropoda, atau hewan berbuku-buku, yang memiliki hubungan lebih dekat dengan kepiting ataupun laba-laba. Selain itu, meskipun memiliki nama kaki seribu, tapi kaki mereka sebenarnya hanya berjumlah sekitar 750 buah saja. Mereka juga tidak memakan daging atau gemar menggigit manusia—seperti yang muncul di film horor—tetapi hewan pemakan dedaunan.

Kaki seribu memiliki beberapa predator, seperti kadal, burung, dan serangga lainnya. Ketika diserang, mereka biasanya akan menggulung diri, hingga menyerupai bola. Sementara itu, beberapa jenis kaki seribu yang lain akan menyemprotkan cairan berbahaya, yang mampu melukai kulit, mata, bahkan meninggalkan bau yang sangat menjijikan pada penyerangnya.

Paul Marek, dari Departemen Entomologi di Virginia Tech menjelaskan kepada National Geographic bahwa kaki seribu memiliki 30 jenis sistem sekresi kimia yang berbeda, tergantung dari jenisnya. Salah satunya adalah mengeluarkan hidrogen sianida, yang sangat berbahaya. Misalnya saja kaki seribu jenis Apheloria virginiensis (yang menurut Marek memiliki bau yang menyenangkan, seperti cherry cola) yang mengeluarkan sianida.

“Pertahanan diri dengan sekresi ini khususnya untuk melawan hewan yang lebih kecil,” seperti burung yang akan menjatuhkan mereka karena merasa terganggu. Namun, Anda cukup mencuci tangan hingga bersih jika tak sengaja memegang kaki seribu, dan pastikan untuk tidak membiarkan anak-anak mendekati hewan ini.



5. Sea Hare

Meskipun namanya berarti kelinci laut, tapi sesungguhnya mereka termasuk dalam jenis moluska yang beracun. Hewan yang termasuk jenis siput laut ini, sejak awal memang tidak populer di kalangan mata rantai makanan di laut. Hewan ini mengeluarkan tinta berwarna ungu yang lengket, yang membuat mereka tidak termasuk ke dalam hewan yang dipilih oleh predator.

Para peneliti juga menemukan bahwa lobster yang terkena tinta akan menunjukkan kecemasan, seperti menggerakkan ekor ataupun menggosok bagian mulut mereka. Sementara itu, penelitian di tahun 2012 juga menunjukkan bahwa tinta ini mampu menutupi sistem penciuman lobster, sehingga mereka tidak mampu mencium bau mangsanya.


Sumber:
mizanmag
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Blogger Templates