Social Icons

Pages


Selasa, 10 Desember 2013

Sosok Misterius, Pahlawan di Tragedi Kereta Bintaro

Kecelakaan kereta Commuter Line yang bertabrakan dengan mobil tangki bahan bakar menyisakan duka yang dalam. Namun untunglah ada sosok-sosok penyelamat sehingga jumlah korban bisa diminimalisir.

Salah satu pahlawan yang tak diketahui namanya hingga jadi sosok misterius diceritakan Eben Ezer Sidari, wartawan Jaringnews yang juga jadi penumpang saat kecelakaan terjadi. Ya, inilah kisah pahlawan tanpa tanda jasa. Pahlawan yang tak perlu sanjungan, cukup baktinya jadi penyelamat nyawa banyak orang.


Foto milik tempo.co /  Muhammad Nafi


Senin pagi, 9 Desember 2013
Sampai beberapa menit setelah peristiwa tabrakan, saya yakin sebagian besar penumpang kereta tidak menyadari apa yang terjadi, seperti juga saya yang sempat terduduk diam di dalam kereta. Keadaan yang di luar dugaan. Kami yang berada di rangkaian gerbong yang agak tengah, sama sekali belum tahu apa yang berlangsung, tatkala kami merasakan sentakan demi sentakan, seakan kereta dipaksa berhenti, sebelum akhirnya kereta itu benar-benar tak bergerak.

Semula saya menduga kereta sudah tiba di stasiun Kebayoran setelah kami melalui stasiun Pondok Ranji. Tetapi ketika melihat keluar dari jendela, saya melihat di kanan-kiri rel kereta adalah pemukiman, bukan bangunan stasiun, sebagaimana biasa. Saya lebih risau setelah menyaksikan beberapa orang sudah berlarian di sepanjang rel, berteriak-teriak, tetapi dengan nada yang tidak jelas. Maklumlah, pintu otomatis kereta masih terkunci. Dari jendela kaca hanya sayup-sayup saja suara itu terdengar.

Makin kacau lagi pikiran saya ketika dari gerbong bagian depan, saya melihat penumpang berduyun-duyun dan berdesak-desakan masuk menerobos melalui pintu penghubung. Semua dengan wajah cemas, sebagian pucat, dan juga dengan teriakan. Beberapa orang diantara mereka mencoba memukul kaca, untuk memecahkannya agar bisa keluar dari kereta. Tapi tak berhasil. Di dalam kereta memang biasanya disediakan palu pemukul kaca dalam keadaan darurat. Namun pada keadaan panik demikian, kelihatannya tidak ada yang terpikir ke sana.

Saya mulai menyadari ada yang tidak beres dalam kereta, tetapi tetap belum tahu apa yang terjadi. Sudah sejak tahun 2005 saya menggunakan jasa commuter line bila hendak pergi kerja, tetapi baru kali ini saya mengalami kepanikan yang seperti ini.

Untung saja penumpang di dalam kereta tidak berjubel. Kereta ini berangkat dari stasiun Sudimara, tempat saya naik, kira-kira pukul 11:00. Itu sebabnya tak banyak penumpang. Tidak seperti pagi hari yang berjubel sampai kita acap kali merasa seperti sesak napas.

Makin berjalan waktu, makin ramai penumpang yang merangsek masuk ke gerbong kami dan mendesak untuk beranjak ke gerbong yang lebih belakang lagi. Satu dua orang berusaha mendobrak pintu otomatis. Tentu saja tak berhasil. Mereka kemudian kembali merangsek ke gerbong yang lebih ke belakang lagi.

Saya pun mulai panik, saya ikut berdiri lalu beranjak hendak menuju gerbong belakang. Siapa tahu di sana ada pintu yang terbuka, pikir saya.

Namun tak berapa lama, seorang pria yang saya sudah lupa wajahnya, dengan cepat mencoba mencari sesuatu di bawah tempat duduk. Ia perlu beberapa waktu untuk menemukannya. Lalu ia menarik sesuatu di sana, dan perlahan-lahan terdengar suara seperti embusan angin, seperti rem angin truk-truk besar ketika ditarik. Bersamaan dengan itu, saya melihat pintu keluar di gerbong kami seperti terlepas. Saya menjangkau pintu itu, dan memang dengan mudah bisa dibuka. Pintu pun terbuka. Beberapa orang penumpang melompat, dan saya juga.

Saya segera berlari menyelamatkan diri. Saya menoleh ke arah depan kereta dan terlihat kobaran api yang sangat besar diiringi beberapa kali dentuman. Untuk menjangkau pemukiman, kami harus memanjat karena rel kereta berada pada cekungan yang cukup dalam. Beberapa penduduk membantu kami untuk naik.

Sampai 15 menit pertama, penduduk sudah ramai menyaksikan kebakaran kereta itu, tetapi belum dapat berbuat apa-apa. Mereka juga ikut panik, sebab khawatir api bisa juga menjalar ke pemukiman dan melalap perumahan mereka. Apalagi menurut mereka, tragedi Bintaro tahun 1980-an yang menewaskan ratusan penumpang kereta ketika itu, juga berada di sekitar lokasi. Saya akhirnya berlari menyelamatkan diri ke rumah RT setempat, untuk menarik napas dan sesudahnya kembali lagi ke TKP untuk mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Ketika saya mencoba menelepon beberapa orang melalui ponsel, gagal beberapa kali. Sinyal kelihatannya kurang bersahabat.

Saya tidak ingat apakah pria yang berhasil menemukan cara membuka pintu tersebut, ikut turun dari kereta bersama saya atau tidak. Sekarang setelah peristiwa itu berlalu, saya mulai berpikir, jangan-jangan pria itu lah yang telah berjasa membuka satu demi satu pintu di kereta, sehingga dapat menghindarkan korban yang lebih banyak.

Saya mulai menduga-duga, mungkin pria itu sudah bergerak dan bekerja dari mulai gerbang di depan, berlanjut ke gerbang yang saya tumpangi, untuk membukakan pintu secara darurat. Seingat saya, ia sama sekali tidak banyak bicara. Seperti sudah terlatih.

Saya juga mulai menduga-duga, jangan-jangan ia tidak ikut turun bersama saya, tetapi melanjutkan langkahnya ke gerbong lainnya, untuk melakukan hal yang sama, membuka pintu otomatis yang dalam keadaan normal, tak akan pernah membuka bila masinis tidak menekan tombol otomatisnya.

Saya juga terpikir, bahwa seandainya kejadian ini pada pagi hari, pasti yang tercipta adalah kepanikan berlipat-lipat kali dari keadaan kemarin itu. Mungkin akan banyak yang terinjak-injak karena semua berusaha menyelamatkan diri. Upaya untuk memecahkan kaca, seingat saya, tidak berhasil di gerbong yang saya tumpangi. Dan sekali lagi, untung saja ada pria yang saya tak bisa ingat lagi seperti apa wajahnya, yang berhasil menemukan cara membukakan pintu dan puluhan bahkan ratusan penumpang, dapat segera meninggalkan kereta.

Dari Bahasa Sanskerta, kita mengadopsi kata phala-wan menjadi pahlawan. Yaitu orang yang menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, masyarakat dan agama. Pahlawan dikenal karena perbuatannya yang menonjol, penuh keberanian dan pengorbanan untuk membela apa yang dianggapnya benar dan perlu untuk bangsa dan negaranya. Pejuang yang gagah berani.

Menurut saya, dia yang telah berhasil menemukan cara membukakan pintu secara darurat itu adalah juga pahlawan. Andai ia tak menemukan cara itu, masih akan banyak penumpang yang terkurung di dalam kereta.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Blogger Templates